Tarian Yosim Pancar dari Papua dan tarian tradisional Korea seperti Salpuri atau Seungmu memiliki karakteristik dan tantangan unik dalam penerapan teknologi pengenalan gerakan. Keduanya sama-sama sarat dengan ekspresi budaya yang kompleks, namun membutuhkan pendekatan yang sedikit berbeda dalam pengembangan sistem pengenalan berbasis pose dan metadata.

1. Variasi Gerakan dan Kompleksitas Teknik

Tarian Yosim Pancar menonjolkan gerakan dinamis dengan perpaduan ritme cepat dan perubahan energi yang tiba-tiba, berbeda dari tarian tradisional Korea yang lebih fokus pada gerakan halus dan berirama lambat. Dalam penelitian masa depan, teknologi seperti BlazePose harus disesuaikan untuk menangkap variasi gerakan cepat pada Yosim Pancar, termasuk melacak pergerakan kaki yang intens dan lompatan berirama. Sebaliknya, pada tarian Korea, fokus utama adalah pada deteksi nuansa kecil seperti gerakan tangan dan postur tubuh yang perlahan berubah.

Dalam hal ini, pengembangan algoritma machine learning yang menangani perbedaan ini penting. Yosim Pancar membutuhkan algoritma yang mampu mengenali pola ritmis cepat dan perubahan energi tinggi, sementara tarian Korea membutuhkan algoritma yang lebih peka terhadap transisi halus dan pergerakan lambat.

2. Dataset Khusus dan Anotasi Budaya

Dataset merupakan elemen kunci dalam mengembangkan teknologi pengenalan gerakan yang akurat. Tarian tradisional Korea memerlukan dataset dengan fokus pada gerakan tangan, postur tubuh, dan ekspresi emosi, sementara Yosim Pancar memerlukan dataset yang mampu menangkap variasi langkah kaki, gerakan lompatan, serta interaksi antar-penari dalam kelompok. Dataset untuk Yosim Pancar juga perlu memasukkan variasi gaya lokal dan kearifan tradisional yang berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya di Papua.

Ke depannya, pengembangan dataset Yosim Pancar dapat memanfaatkan pendekatan serupa seperti dalam penelitian tarian Korea, tetapi dengan tambahan metadata yang relevan, seperti irama musik tradisional Papua, jenis pakaian adat, dan makna simbolis dari setiap gerakan. Hal ini penting karena Yosim Pancar bukan hanya tarian fisik tetapi juga sarat dengan makna sosial dan budaya yang harus diintegrasikan ke dalam analisis teknologi.

3. Tantangan Pakaian Tradisional dan Occlusion

Sama seperti tarian Korea yang menghadapi tantangan occlusion akibat kostum tradisional yang mengalir, Yosim Pancar juga menghadapi masalah serupa, terutama jika penari mengenakan pakaian adat Papua yang luas dan penuh dekorasi. Penelitian masa depan dapat mengadopsi metode penanganan occlusion seperti yang diusulkan dalam studi BlazePose pada tarian Korea, tetapi dengan penyesuaian tambahan seperti deteksi tekstur kain dan pemisahan visual antara kostum dan tubuh penari.

4. Integrasi Metadata Multimodal

 


Integrasi metadata yang lebih kompleks juga akan menjadi bagian penting dalam pengembangan pengenalan gerakan Yosim Pancar di masa depan. Metadata seperti tempo musik tifa, variasi instrumen tradisional, dan konteks acara budaya dapat memberikan informasi tambahan yang memperkaya analisis gerakan. Jika pada tarian Korea metadata seperti irama musik dan sejarah budaya digunakan untuk mendukung akurasi pengenalan gerakan, hal serupa dapat diterapkan pada Yosim Pancar dengan mempertimbangkan makna upacara adat dan keunikan musik Papua.

5. Antarmuka Pengguna untuk Umpan Balik Real-Time

Dalam hal umpan balik kepada penari, penelitian pada tarian Korea berfokus pada pelacakan transisi gerakan halus melalui overlay visual dan heatmap. Untuk Yosim Pancar, sistem serupa dapat digunakan, tetapi dengan tambahan visualisasi pola langkah kaki, kecepatan gerakan, serta sinkronisasi gerakan kelompok. Hal ini penting karena Yosim Pancar sering dilakukan dalam kelompok besar, sehingga umpan balik tidak hanya berlaku untuk individu tetapi juga untuk kolaborasi antar-penari.

6. Aplikasi Real-Time untuk Pelatihan dan Pelestarian Budaya

Kedua tarian ini memiliki potensi besar untuk diintegrasikan ke dalam sistem pelatihan berbasis teknologi. Pada masa depan, aplikasi real-time untuk Yosim Pancar dapat memberikan dampak yang luas, mulai dari melatih generasi muda hingga melestarikan variasi gerakan tradisional di berbagai daerah Papua. Sama seperti yang dilakukan pada tarian Korea, Yosim Pancar dapat diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan digital yang melibatkan ahli budaya lokal, peneliti, dan pengembang teknologi untuk memastikan kelestariannya.

Kesimpulan: Menghubungkan Warisan Budaya dengan Teknologi Modern

Meskipun tarian Yosim Pancar dan tarian tradisional Korea memiliki perbedaan karakteristik, prinsip dasar pengembangan teknologi pengenalan gerakan dapat saling melengkapi. Penelitian pada tarian Korea memberikan landasan yang kuat dalam hal pengenalan gerakan halus dan integrasi metadata budaya, yang dapat diadaptasi untuk Yosim Pancar dengan penyesuaian tertentu. Dengan pendekatan yang tepat, masa depan pengenalan gerakan Yosim Pancar dapat menjadi lebih akurat, tidak hanya melestarikan tradisinya tetapi juga memperkenalkan keindahan budaya Papua ke dunia internasional.